Minggu, 12 Oktober 2014

Who’s The Boss ?

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Untuk mereka generasi sekarang ini, tentu tidak banyak yang tahu serial komedi lawas berikut : Who’s The Boss. Serial TV yang dibintangi Tony Danza, Judith Light dan Alyssa Milano ini dapat dikatakan sangat sukses pada zamannya. Ia bercerita tentang ‘hubungan aneh’ antara pembantu rumah tangga –yang kebetulan duda beranak satu- dengan majikannya, seorang janda beranak satu pula. Dikatakan aneh, karena hubungan keduanya sedemikian komplek sehingga tak jelas lagi siapa majikan dan siapa pembantu. Jelas interaksi antar kedua pihak yang bingung ini, mengundang gelak tawa.

Memang lucu, tapi jika direnungkan lebih dalam, lelucon Who’s The Boss sangat relevan. Kini tengoklah sejenak hidup kita. Bukankah hiruk-pikuk pengejaran akan kesuksesan, kekayaan dan eksistensi diri sering menimbulkan dampak lupanya kita pada “siapa Boss yang sebenarnya” dalam hidup ini. Seolah-olah seluruh uang yang mengelilingi kita, pencapaian, orang-orang disekitar kita, bahkan diri kita ini adalah milik kita sendiri. Seolah-olah semuanya ini berada digengaman kita, dan semuanya itu akan tetap disitu sampai selama-lamanya. Ini aku. TUHAN, siapa tuh?

Tengoklah doa-doa ‘sok boss’ itu.
 “Tuhan kami mau makan, berkati makanan ini!”
“Tuhan, kami akan kesana, lindungi kami!”
“Tuhan, inilah cita-cita kami, berkati!”
Luar biasa!

Hingga bencana serupa Gunung Sinabung, banjir bandang Menado, Tsunami, tanah bergeser, dan sebagainya itu sekonyong-konyong datang menyeruak. Mengagetkan, merampas hidup dan segala sesuatu didalamnya dari depan hidung kita. Entah apa alasan dibalik semua itu, tak ada pendapatan seorangpun dapat menghakiminya. Apakah ini hukuman ataukah ujian semata ? Tidak ada yang kelewat berani memastikannya.

Tapi satu hal yang begitu jelas : semua itu diijinkan oleh TUHAN untuk terjadi. Dan ketika terjadi, serta merta semua mata membelalak. Bibir kelu. Dada-dada busung menciut. Pandangan sombong tengadah pun jadi tertunduk berhiaskan wajah pucat pasi. Kini, mulai jelas sudah siapa Pemilik semuanya. Uang, harta, anak, orang tua, teman bahkan nyawa kita, ternyata bukan milik kita. Who’s The Boss pun kembali diingatkan.

Walaupun terkesan kejam, pahit dan otoriter, namun adalah sah-sah saja jika Sang Pemilik melakukan apa yang ia suka terhadap miliknya sendiri. Apapun itu, Beliau jauh lebih tahu. Sebuah peringatan bagi semua manusia yang punya mata, telinga dan hati. Ternyata kita semua hanya sekedar menumpang di dunia ini. Penumpang-penumpang yang seringkali sombong dan melupakan statusnya : lahir telanjang, kembali pulangpun dengan telanjang.

Itu tentu saja berarti, kalau sampai sekarang kita masih bisa tidur dengan aman, cukup makan, menonton televisi dengan nyaman, tak terlalu sulit untuk tersenyum, sehat, bahagia, dikelilingi keluarga dan teman, itu semua ‘semata-mata’ karena belas kasihan-Nya. Kasih karunia Sang Khalik lah yang membuat kita ada sebagaimana kita adanya hari ini. Jika demikian, ada baiknya setiap pagi kita awali dengan sujud syukur akan segala nikmat dan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Segala hormat dan kemuliaan bagi Sang Raja, The One and Only Boss, dari selama-lamanya, sampai selama-lamanya. Amin. (*)

"Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku,
supaya aku mengetahui betapa fananya aku!

Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku;
bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa.
Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan.

Ia hanyalah bayangan yang berlalu! 
Ia hanya mempeributkan yang sia-sia  
dan menimbun,  tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.

Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan?
Kepada-Mulah aku berharap.
...
Dengarkanlah doaku, ya TUHAN,
dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong,
janganlah berdiam  diri melihat air mataku!
Sebab aku menumpang  pada-Mu,
aku pendatang  seperti semua nenek moyangku.

Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku,
supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!"


(Mazmur Raja Daud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar