Oleh : Made Teddy Artiana
Melihat burung pipit riang berloncatan
di pepohonan kian jadi pemandangan langka di kota besar seperti Jakarta. Lebih
mudah tentunya menemukan mereka di pasar burung. Berjejalan dalam kandang
sempit, dicat warna-warni, siap untuk dijual.
Karena ukuran tubuh yang kecil, posisi
burung pipit terbilang rendah dalam rantai makanan. Mereka berada diantara biji-bijian
sebagai makanan utama mereka, dan hewan pemangsanya.
Saat terbang di udara misalnya, selalu
ada kemungkinan Elang akan memangsa mereka. Jika hinggap di pepohonan, ular
siap mencaploknya. Ketika mereka mencari makan di daratpun, maka kucing dan
hewan lain siap menerkam. Belakangan, manusiapun ikut-ikutan mengancam
kehidupan mereka.
Jika kalajengking memiliki racun di
ekornya, kepiting memiliki capit, bahkan lebah punya sengat beracun, maka burung
Pipit jelas tanpa senjata. Cukup menyedihkan. Namun tengoklah sebuah pernyataan
agung berikut..
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai
dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan Bapamu yang di
sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
Resep kekuatiran yang diberikan
Kristus memang simple namun efektif. Ia melibatkan manusia, bunga bakung dan
burung di udara. Mengharukan bagi para burung (terutama burung pipit), sekaligus
memalukan bagi kita. Satu-satunya mahluk yang dibuat khusus dengan jari-jemari
Allah, namun sekaligus mahluk yang paling sering kuatir.
Kitab Lukas lebih detail dalam
melukiskan perbandingan harga burung pipit dan manusia.
“Bukankah burung Pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian
tidak seekorpun daripadanya dilupakan Allah, bahkan rambut dikepalamupun
terhitung semuanya. Karena itu janganlah takut, karena kamu lebih berharga dari
pada banyak burung Pipit. ”
Jika Anda masih penasaran, silakan
cek harga terkini burung pipit di pasar burung terdekat, namun untuk harga
manusia, Alkitab jelas memajangnya : seharga Yesus Kristus, Sang Firman yang
menjadi manusia. Jadi sangat masuk akal jika kemudian Yesus mengajar kita hidup
dalam kepercayaan penuh akan pemeliharaan agung dari Allah Bapa (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar