oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
Kata orang pernikahan
itu laksana bulan : dari jauh indah, dari dekat ancur. Lucu-lucu sedih memang. Tapi, aku saah satu orang yang tidak
setuju dengan pengandaian itu. Aku rasa itu persoalan metafora belaka. Sama
seperti hal-hal lain dalam hidup ini.
Jika kita
mengandaikan hidup ini penuh persaingan, maka jadilah demikian : hidup (dan
TUHAN) seolah demikian miskin, sehingga segalanya harus diperebutkan. Maka
cepat atau lambat, otak kita akan dibuat sinting oleh berbagai intrik. Bukannya
menikmati hidup, kita maah dibuat sinting oleh hidup ini.
Demikian
pula, jika kita mengibaratkan setiap pertemanan hanya atas nama kepentingan,
maka tergenapilah hal itu. Pikiran kita akan menarik ‘persis’ teman-teman
seperti itu.
Mereka yang
mempelajari hypnotheraphy, tentu tidak asing dengan istilah berikut : RAS atau Reticular Activating System. Sebuah
mekanisme yang menurut Anthony Robbin, disebut mirip peluru kendali. Faktanya
peluru kendali mengadopsi sistem RAS manusia. Secara singkat dapat dipahami
demikian, ketika pikiran kita tertuju ke sesuatu (focus), lalu meyakininya (lock)
maka peristiwa-peristiwa akan bekerja sama menkorfirmasi hal tersebut. Terlepas
itu valid atau tidak menurut orang lain. Stephen Covey menyebutnya dengan
istilah berbeda : Self Fulfilling
Propechy dan Kitab Suci menyebutkannya dengan cara lain : "Jadilah
kepadamu menurut imanmu!"
Hati-hati
menggunakan metafora atau analogi kehidupan, karena tanpa disadari itu akan mengaktifkan
‘peluru kendali’ Anda!
Mungkin sudah
menjadi keteranjuran, kita sering lupa bahwa ‘cinta’ itu kata kerja, bukan kata benda. Jadi agak
keliru ketika kita me-metafora-kan cinta dengan gunung, bulan, bunga, berlian,
emas dan kata benda lain.
Seorang
konglomerat kaya raya yang bijak pernah menyimpukan hal tersebut dengan
sederhana bagi saya.
"Apa
yang terbaik yang bisa dibuat seorang ayah kepada anak-anaknya? setia dan
mencintai ibu mereka dengan sehebat-hebatnya. Lalu apa hal terbaik yang bisa
dibuat seorang suami kepada istrinya, mencintai wanita itu..habis-habisan
seumur hidupnya".
Berarti
mencintai memang melibatkan seluruh usaha, keaktifan, pengorbanan, kreatifitas
dan hal-hal ‘kerja’ lainnya.
Mengakhiri
tulisan ini, saya jadi sedikit tergoda untuk menggunakan metafora pada
pernikahan. Namun jelas, metafora yang saya pilih berbeda : anggur. Lho,
koq anggur? Karena siapapun tahu, semakin lama anggur semakin berkualitas,
mahal dan nikmat.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar