Minggu, 12 Oktober 2014

Cinta itu kata Benda atau kata Kerja?

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom


Kata orang pernikahan itu laksana bulan : dari jauh indah, dari dekat ancur. Lucu-lucu sedih memang. Tapi, aku saah satu orang yang tidak setuju dengan pengandaian itu. Aku rasa itu persoalan metafora belaka. Sama seperti hal-hal lain dalam hidup ini. 

Jika kita mengandaikan hidup ini penuh persaingan, maka jadilah demikian : hidup (dan TUHAN) seolah demikian miskin, sehingga segalanya harus diperebutkan. Maka cepat atau lambat, otak kita akan dibuat sinting oleh berbagai intrik. Bukannya menikmati hidup, kita maah dibuat sinting oleh hidup ini.

Demikian pula, jika kita mengibaratkan setiap pertemanan hanya atas nama kepentingan, maka tergenapilah hal itu. Pikiran kita akan menarik ‘persis’ teman-teman seperti itu. 

Mereka yang mempelajari hypnotheraphy, tentu tidak asing dengan istilah berikut : RAS atau Reticular Activating System. Sebuah mekanisme yang menurut Anthony Robbin, disebut mirip peluru kendali. Faktanya peluru kendali mengadopsi sistem RAS manusia. Secara singkat dapat dipahami demikian, ketika pikiran kita tertuju ke sesuatu (focus), lalu meyakininya (lock) maka peristiwa-peristiwa akan bekerja sama menkorfirmasi hal tersebut. Terlepas itu valid atau tidak menurut orang lain. Stephen Covey menyebutnya dengan istilah berbeda : Self Fulfilling Propechy dan Kitab Suci menyebutkannya dengan cara lain : "Jadilah kepadamu menurut imanmu!"
Hati-hati menggunakan metafora atau analogi kehidupan, karena tanpa disadari itu akan mengaktifkan ‘peluru kendali’ Anda!

Mungkin sudah menjadi keteranjuran, kita sering lupa bahwa ‘cinta’  itu kata kerja, bukan kata benda.  Jadi agak keliru ketika kita me-metafora-kan cinta dengan gunung, bulan, bunga, berlian, emas dan kata benda lain.

Seorang konglomerat kaya raya yang bijak pernah menyimpukan hal tersebut dengan sederhana bagi saya.

"Apa yang terbaik yang bisa dibuat seorang ayah kepada anak-anaknya? setia dan mencintai ibu mereka dengan sehebat-hebatnya. Lalu apa hal terbaik yang bisa dibuat seorang suami kepada istrinya, mencintai wanita itu..habis-habisan seumur hidupnya".

Berarti mencintai memang melibatkan seluruh usaha, keaktifan, pengorbanan, kreatifitas dan hal-hal ‘kerja’ lainnya.

Mengakhiri tulisan ini, saya jadi sedikit tergoda untuk menggunakan metafora pada pernikahan. Namun jelas, metafora yang saya pilih berbeda : anggur.  Lho, koq anggur? Karena siapapun tahu, semakin lama anggur semakin berkualitas, mahal dan nikmat.

(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar