Minggu, 12 Oktober 2014

“Quo vadis, Domine?”

Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom



Wanita separuh baya berdiri bingung di samping mobil mereka. Dua wanita muda yang kemungkinan besar adalah anaknya tampak sibuk dengan smart phone mereka masing-masing. Yang satu mengetik, yang lain menelpon. Rupanya mereka kehilangan arah. “Ibu, ada yang bisa saya bantu?”, sapaku. “Aduh kebetulan Mas,” sang ibu tersenyum sumringah,” saya itu bingung. Kalau ke arah blok M kemana ya, Mas?”

Bagi siapapun yang ingin bepergian, arah adalah sesuatu yang penting. Bepergian tanpa arah yang jelas, lebih pantas disebut ‘lontang-lantung’. Apalagi jika salah arah, tentu merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya. Arah menjadi semakin kritikal, manakala kita aplikasikan dalam kehidupan. Hidup tanpa arah, jelas hidup yang sia-sia. Hidup dengan arah yang salah, pasti akan berujung bencana.

Pengalaman Rasul Petrus lebih dari cukup menjelaskan hal tersebut. Saat itu jemaat di Roma tengah dianiaya oleh Kaisar Nero. Orang Kristen dianggap sama dengan binatang. Mereka disembelih, diumpankan sebagai makanan singa, dibakar hidup-hidup dan berbagai siksaan keji lain. Dengan maksud menyelamatkan Petrus, murid-muridnya mengusulkan agar Petrus melarikan diri dari Roma. Petrus setuju. Namun di luar kota Roma, ia mendapat penglihatan. Petrus berpapasan dengan Yesus Kristus.

“Quo vadis, Domine?”. Hendak kemanakah Engkau, Tuhan? tanya Petrus.

Jawaban Yesus sungguh menusuk hati. Eo Romam crucifigi iterum. Aku akan pergi ke Roma untuk disalibkan kedua kalinya.

Seketika itu juga Petrus sadar. Ia tidak hanya sekedar lari, namun mengambil jalan berlawanan dengan Sang Guru!

Demikian sering kita berada dalam posisi Petrus : lari dari jalan kita, kemudian mengambil jalan berlawanan dengan yang Allah inginkan. Petrus masih beruntung, ia berpapasan dengan Yesus! Seberapa banyak anak-anak Tuhan yang walaupun telah ‘berpapasan’ (baca : diingatkan) oleh Tuhan, tetap mengeraskan hatinya.  Kecelakaan, kebangkrutan, sakit-penyakit dan hal-hal buruk yang diijinkan oleh Allah, tidak sanggup membuat mereka kembali ke jalan yang Allah kehendaki.


 Manusia memang dikaruniai ‘kehendak bebas’, namun adalah kebenaran yang absolut ketika kita tidak berjalan di jalan yang benar, kita akan berakhir binasa. Karena walaupun banyak jalan menuju Roma, tapi hanya ada satu jalan menuju Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adalah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar