Oleh : Made Teddy
Artiana, S. Kom
Wanita separuh
baya berdiri bingung di samping mobil mereka. Dua wanita muda yang kemungkinan
besar adalah anaknya tampak sibuk dengan smart phone mereka masing-masing. Yang
satu mengetik, yang lain menelpon. Rupanya mereka kehilangan arah. “Ibu, ada
yang bisa saya bantu?”, sapaku. “Aduh kebetulan Mas,” sang ibu tersenyum
sumringah,” saya itu bingung. Kalau ke arah blok M kemana ya, Mas?”
Bagi siapapun
yang ingin bepergian, arah adalah sesuatu yang penting. Bepergian tanpa arah
yang jelas, lebih pantas disebut ‘lontang-lantung’. Apalagi jika salah arah, tentu
merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya. Arah menjadi semakin kritikal,
manakala kita aplikasikan dalam kehidupan. Hidup tanpa arah, jelas hidup yang
sia-sia. Hidup dengan arah yang salah, pasti akan berujung bencana.
Pengalaman
Rasul Petrus lebih dari cukup menjelaskan hal tersebut. Saat itu jemaat di Roma
tengah dianiaya oleh Kaisar Nero. Orang Kristen dianggap sama dengan binatang.
Mereka disembelih, diumpankan sebagai makanan singa, dibakar hidup-hidup dan
berbagai siksaan keji lain. Dengan maksud menyelamatkan Petrus, murid-muridnya
mengusulkan agar Petrus melarikan diri dari Roma. Petrus setuju. Namun di luar
kota Roma, ia mendapat penglihatan. Petrus berpapasan dengan Yesus Kristus.
“Quo vadis, Domine?”. Hendak kemanakah
Engkau, Tuhan? tanya Petrus.
Jawaban Yesus
sungguh menusuk hati. “Eo Romam crucifigi iterum“. Aku akan pergi ke Roma
untuk disalibkan kedua kalinya.
Seketika itu
juga Petrus sadar. Ia tidak hanya sekedar lari, namun mengambil jalan berlawanan
dengan Sang Guru!
Demikian
sering kita berada dalam posisi Petrus : lari dari jalan kita, kemudian
mengambil jalan berlawanan dengan yang Allah inginkan. Petrus masih beruntung,
ia berpapasan dengan Yesus! Seberapa banyak anak-anak Tuhan yang walaupun telah
‘berpapasan’ (baca : diingatkan) oleh Tuhan, tetap mengeraskan hatinya. Kecelakaan, kebangkrutan, sakit-penyakit dan
hal-hal buruk yang diijinkan oleh Allah, tidak sanggup membuat mereka kembali
ke jalan yang Allah kehendaki.
Manusia memang dikaruniai ‘kehendak bebas’,
namun adalah kebenaran yang absolut ketika kita tidak berjalan di jalan yang benar,
kita akan berakhir binasa. Karena walaupun banyak jalan menuju Roma, tapi hanya
ada satu jalan menuju Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adalah Jalan dan Kebenaran
dan Hidup. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar