Minggu, 12 Oktober 2014

By Design, Not an Accident

Oleh : MTA



Sejujurnya, takjub juga mengetahui hal berikut. Beberapa fakta dari Citah, salah satu varian dari keluarga kucing raksasa (Macan, Singa, Harimau dan sebangsanya) :

·         Pertama, garis hitam memanjang di bawah mata. Ini membuat pandangan matanya dapat sedemikian fokus dengan target, sehingga Citah mampu menentukan target buruan hewan mana yang sakit, tua atau muda dengan sekali scan pada kumpulan hewan. Selain itu garis hitam itu juga membuat matanya dapat "mengunci" sasaran buruan, persis peluru kendali mengunci sasaran tembak.
·         Lalu, bentuk tubuh yang aerodinamis, membuat Citah dapat berlari sedemikian rupa dengan hambatan minim dari angin.
·         Hidung dan paru-paru yang lebih besar, membuat ia bisa tetap bernafas dengan sangat baik pada saat berlari cepat.
·         Struktur persendiaan kaki depan dan belakang yang seolah memiliki pegas yang dapat memantul sejauh 8 meter dalam sekali ayun.
·         Cakar yang lebih panjang dan melengkung, membantunya mencengkram tanah pada saat berlari.
·         Ekor panjang menjuntai, menjadi penentu pada saat Citah berlari, ekor inilah yang menyeimbangkan kecepatan dan gerak tubuhnya yang sangat lentur.
·         Bentuk gigi-geligi yang membuat Citah sanggup dengan cepat merobek dan memakan buruannya.

Jika seluruh "senjata" itu digabung menjadi satu, maka terciptalah bukan saja sebuah mesin pemburu yang dahsyat, namun juga "mahluk tercepat dari segala mahluk di darat" (gelar Citah).

Namun apakah itu semua serta merta membuat Citah menjadi yang terhebat disegala hal? Ternyata tidak, justru kelebihan-kelebihan diatas itu diberikan Sang Penciptanya karena Citah ternyata punya beberapa kelemahan. 

Berikut dua dari beberapa keterbatasan yang dimiliki Citah :
·         Sekalipun dapat berlari demikian cepat, namun kecepatan maksimum Citah hanya bertahan sepanjang jarak 300m. Setelah itu, ia takkan sanggup lagi mengejar buruannya. Karena itulah ia harus berlari secepat mungkin dalam jarak pendek. Ia sprinter dan bukan pelari jarak menengah apalagi marathon.
·         Sekalipun sebagai pemburu yang hebat, namun ternyata Citah bukan petarung tangguh. Sang pemburu itu seketika jadi penakut, *ngibrit* kabur meninggalkan mangsanya ketika mangsa buruannya itu didekati oleh Singa, Haena, Elang, bahkan binatang buas lain yang memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih kecil darinya. Karena itulah Citah mau tidak mau harus makan buru-buru.

Belajar dari semua itu...berarti seluruh keberadaan fisik (dan beberapa keadaan bawaan lahir) kita bisa jadi adalah sebuah kesengajaan dari Sang Pencipta. Rambut keriting, hidung pesek, bogel, mata sipit, bibir tebal,telinga yang terlalu lebar, pantat tepos, bahkan tahi lalat yang nemplok di tempat yang kita anggap salah, bisa jadi adalah sebuah (sekali lagi) kesengajaan. By design!

Namun terlampau sering kita menganggap itu sebagai sebuah "kecelakaan". Lebih dari itu, kita kemudian menyesalinya dan menganggap itu semua sebagai aib (meski kecil-kecilan). Padahal, jika kita sungguh-sungguh merenung bisa jadi, penerimaan tulus kita kepada sang diri, menjadi awal tersingkapnya seluruh "kesaktian" yang tersembunyi dibalik "keunikan" yang ada pada kita.

Bisa jadi "kelemahan" (keunikan) itu diijinkan melekat pada kita, untuk melindungi kita dari sesuatu yang buruk. Entah analisa naif ini benar atau tidak, hanya waktu yang akan membuktikannya. Tapi satu hal yang pasti, bahkan lebih pasti dari terbitnya matahari di Timur esok pagi, bahwa siapapun akan setuju, jika manusia itu jauh lebih berharga dan mulia dibandingkan binatang. Jika Citah saja didesain sedemikian detail, lengkap, canggih dan luar biasa, oleh TUHAN Sang Pencipta, masa iya blueprint kita berada di bawah standar seekor Citah? 

Tentu suatu "hil yang mustahal"!
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar