Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom
Menyaksikan tayangan media, dimana
salah seorang capres berkampanye dengan cara menunggang kuda, serta-merta mengingatkan penulis pada
kejadian di Kitab Suci : Yesus Kristus memasuki Yerusalem dengan menunggang
keledai. Akitab mencatat kejadian ini
membuat heboh Yerusalem. Bukan hanya sambutan yang gegap gempita, namun
spontanitas masa dalam mengibarkan daun palem, dan jubah yang dihamparkan di
jalan yang akan dilewati Yesus, terbilang spektakuler saat itu. Bahkan
seandainya saja mereka diam, maka batu-batupun –dijamin Tuhan- akan berteriak
menyambut Sang Raja. Sebuah sambutan dahsyat yang tentunya tidak akan pernah terjadi
di acara kampanye manapun, sampai kapanpun di dunia ini.
Sebelum mencoba menangkap isyarat
yang disinyalkan oleh Yesus, agaknya perlu dijelaskan secara singkat perihal
pemilihan keledai di atas. Mengapa Yesus memilih keledai, mengapa bukan kuda? Pada
jaman dulu, adalah sebuah kebiasaan bagi raja untuk berkunjung ke rakyatnya. Biasanya ada dua tujuan. Pertama, membawa
damai. Kedua, kunjungan yang bersifat penghukuman. Dalam bahasa Yunani, ini
diistilahkan sebagai “Epifani”. Yang unik adalah, rakyat dapat mengetahui
maksud kunjungan itu dengan melihat apa yang menjadi tunggangan raja. Jika raja
menggunakan kuda, berarti kedatangan ini bermaksud untuk menghukum. Namun jika raja menunggang keledai, berarti
kunjungan itu bermaksud damai.
Ini kiranya dapat memperjelas isyarat
dari Kristus. Paling tidak, Yesus memproklamirkan dua hal: Pertama, Ia adalah
raja. Kedua, ia datang membawa damai. Meskipun akhir cerita justru aneh. Raja
yang semula dielu-elukan ini berakhir dengan sangat hina-dina, seolah penjahat
keji. Lalu apakah tragedi ini mengaburkan kedua isyarat di atas? Tentu tidak,
malah menguatkan. Dalam arti yang lebih luas, Kristus raja damai yang datang
kepada miliknya, manusia. Kunjungan
pertama ini dengan misi pendamaian (penyelamatan) dari Allah terhadap dosa umat
manusia.
Tiba saatnya nanti, pada kunjungan
yang kedua (terakhir) Kristus datang bukan dengan keledai, tanpa disambut
dengan kehebohan daun palem dan jubah, dan tentu tidak dengan maksud damai. Sang
Raja akan datang diiringi segenap balatentara Surga, dalam kengerian, ketakutan
dan ratap tangis dunia, dengan satu misi : penghakiman.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar