Minggu, 12 Oktober 2014

Awas, Air Panas!

Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom



"Air panas! Air panas!!", teriak Bi Jujuk dengan wajah tegang, sembari membawa panci berisi sop ayam yang mengepul. Karuan saja kami yang sedang berada di ruang itu menepi memberi jalan. Kami semua pasti ingin mencicipi sop ayam buatan Bibi, tapi tersiram sop ayam panas, wah..! Siapapun tak mau!

Kejadian unik itu kembali terbayang, ketika aku membaca salah satu ayat Amsal Sulaiman, yang cukup terkenal. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena darisanalah terpancar kehidupan"

Aku sempat menganggap, persoalan menjaga hati adalah urusan kita masing-masing. Dalam arti, mengapa Sulaiman dengan ilham Roh Kudus, mengingatkan betapa penting menjaga "hatimu", satu-satunya alasan adalah demi kebaikan si pemilik hati itu. Namun rupanya tidak sesederhana itu. Menjaga hati, bukan hanya demi kebaikan si pemilik hati, namun persoalan menjaga hati, juga adalah demi kebaikan orang lain. Persis seperti Bi Jujuk ketika membawa sop panas ditangannya. Ia bersungguh-sungguh menjaganya, bukan hanya karena ia tidak ingin ditumpahi sop panas itu, namun juga karena ia tidak ingin, kelalaiannya mengakibatkan orang lain ketumpahan sop panas itu.

Siapapun tahu seorang yang tengah depresi, kecewa, putus asa, dan sebangsanya, besar kemungkinan tidak hanya akan membahayakan dirinya sendiri namun juga mencelakai orang sekitarnya. Hitler adalah contoh dimana kepahitan di hati seseorang dapat berakibat fatal bagi seluruh dunia. Dalam Alkitab pun tercatat, bagaimana Herodes, dengan kecemburuan hati yang pekat terhadap bayi Yesus, kemudian membunuh bayi-bayi dengan keji.

Demikian pula sebaliknya. Seseorang dengan hati damai dan berkasih sayang, akan menjadi berkat bagi sekitarnya. Orang Samaria yang baik hati, adalah saah satu contoh unik yang digunakan Yesus di Akitab. Dunia juga mencatat, bagaimana Mother Theresa mengorbankan hidupnya untuk orang miskin dan berpenyakit kusta di India.

Ternyata menjaga hati adalah hal yang sangat serius. Karena hatilah yang menggerakkan pikiran, tubuh, bibir dan seluruh keberadaan manusia. Sayangnya, kita tidak menganggap persoalan menjaga hati lebih serius dari membawa sepanci air panas. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar