Oleh : Made Teddy Artiana
"Mana lebih
berat batu 100kg atau kapas 100kg?"
Dengan ke-PeDe-an dan spontanitas ala
Petrus, aku menjawab : "Batu!"
Sesegera itupun
aku tahu jawabanku keliru.
"Kalau
dimasukkan ke dalam air, mana yang lebih berat, batu 100kg atau kapas 100kg?"
Meskipun sudah
salah di pertanyaan pertama, namun logika ini seakan masih tidak bisa diajak jernih. Tetap saja bibirku menjawab : "Batu!"
Skorpun tercatat
2 : 0
Maklum, ketika
itu masih SD..hehehe
Tiga puluh tahun
kemudian, seseorang kembali bertanya kepadaku dengan masih melibatkan kedua
benda aneh itu.
"Mana yang
lebih bisa menampung air, apakah batu 100 kg ataukah kapas 100 kg?"
Untuk pertanyaan
ini aku terdiam.
Bukan saja
keluguan masa kecilku yang terlintas, namun kata-kata Yesus Kristus dalam Alkitab.
"Engkau di
dalam Aku, Aku di dalam mu"
Pernah merendam
batu atau kapas -tidak perlu 100kg, tentu saja- dalam gelas berisi air? Setelah
diangkat ke permukaan, tidak perduli seberapa lama batu direndam dalam air, air
tetap tidak berada dalam batu. Hanya batu yang berada di dalam air.
Namun hal yang
berbeda terjadi, jika kapas yang kita rendam. Setelah diangkat ke permukaan,
kapaspun "mengandung" air. Pertanda tidak hanya kapas di dalam air,
namun juga air berada di dalam kapas.
Tapi tunggu, jangan-jangan..kesulitan orang Kristen
dalam mengenal TUHAN-nya..hanya karena kita memilih seperti batu : menolak memasukkan air
ke dalam dirinya. Dengan kata
lain, TUHAN
harus ngikut mau kita, bukan kita yang ngikut TUHAN. Tengoklah, list doa-doa
egosentris itu.
TUHAN...
Kami minta
ini..itu..
Berkati
ini..itu..
Jaga kami..
Tolong
ini..itu..
Menempatkan
TUHAN dengan ke-Maha-Kuasa-an NYA, sebagai team sukses, bahkan lebih buruk lagi tukang pukul bahkan
kacung. Sungguh tidak tahu diri. Semoga kita segera
sadar, sebelum kerohanian kita sungguh-sungguh 100% membatu.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar