Oleh : MTA
Menyaksikan
tayangan dunia binatang di televisi, memang kerap kali membawa kita kepada
sebuah pencerahan.
Kehidupan
lebah misalnya. Lewat instingnya, akan selalu menemukan bunga, sebagai
makanannya. Oleh instingnya, kehidupan lebahpun berkutat diseputar : bunga,
madu, bunga, madu..dan seterusnya. Lain halnya dengan lalat (bukan lalat buah).
Lantaran insting pua, maka lalat bagaimanapun akan menemukan kotoran.
Sejauh-jauhnya lalat terbang, ujung-ujungnya selalu akan mendarat di kotoran.
Mari kita
lupakan sejenak ‘insting’ kedua binatang di atas. Sekarang kita coba
aplikasikan dalam kehidupan manusia. Sebagai manusia kita memiliki kehendak
bebas dari Sang Pencipta. Kebebasan memilih
apapun yang akan kita masukkan di hati kita. Kita bebas menafsirkan segala
sesuatu yang terjadi sesuka-sukanya. Bahkan TUHAN sekalipun, tidak mendikte isi
hati kita.
Jika demikian
berarti hati kitalah yang akan menentukan berkutat dalam hidup seperti apa kita
sekarang dan nanti. Itulah sebabnya, ada orang yang mulia, sukses, sehat dan
bahagia. Namun, ada juga yang gagal, sakit-sakitan, kekurangan dan tidak
bahagia.
Tentu itu
bukan kebetulan, karena tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semuanya
rangkaian sebab dan akibat.
Terlalu naif
pula, jika perbedaan ‘status’ kehidupan itu melulu kita kaitkan kepada sebuah
variabel : kerja-keras. Tanpa sikap hati yang benar, kerja keras terbukti hanya
melelahkan kita saja.
Adalah bijak
untuk selalu mengaktifkan, membiasakan, memperkuat ‘insting’ lebah kita. Supaya
betapapun keadaan di luar kita, kita akan selalu menemukan bunga untuk
menghasilkan madu. Dalam arti kehidupan yang bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain.
Kita tentu
tidak ingin kehidupan kita seperti lalat, berkutat dalam kotoran, sampah, bau
busuk, pergaulan buruk, pernikahan yang berantakan, kesehatan yang menyedihkan,
kesulitan finansial, hidup yang morat-marit dan berakhir pada kehinaan.
Kehinaan yang tentu turut menyebarkan penyakit (pengaruh buruk) bagi orang lain
Tidak seperti
lebah maupun lalat, persoalan kita bukan sekedar insting, namun pilihan menjaga
hati kita. Seperti peringatan Raja Sulaiman dalam kitab Amsal, “Jagalah hatimu,
dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar