Oleh : Made Teddy
Artiana, S. Kom
Dua kalimat
pertama, pasti cukup akrab di telinga. Yesus Kristus yang mencuatkan analogi
unik itu. Akan tetapi "Sabar seperti Serigala?" gak salah tuh? Memang,
kalimat terakhir tidak ada di Alkitab.
Serigala
memang terlanjur di posisikan sebagai binatang yang menyeramkan. Terutama oleh
film-film Hantu, lolongan "aaauuuuwww..auuw..auuuww!" Serta merta
ditujukan pada hal-hal mengerikan. Entah itu ‘Werewolf’ atau sekedar ‘memberi
kode’ hantu lewat.
Namun beberapa
fakta tentang Serigala cukup mengagetkan. Betapa hewan buas ini dikaruniai
sebuah senjata yang luar biasa oleh Sang Pencipta bernama : kesabaran.
Serigala tidak
memiliki kekuatan macam Singa, atau kecepatan bagai Citah, keperkasaan laksana
buaya, atau taring mematikan seperti Harimau. Itulah yang membuat ia dan gerombolannya akan sabar mengamati
buruan yang seringkali jauh lebih hebat dari dirinya. Pengamatan ini bisa
memerlukan waktu berhari-hari. Sekelompok Serigala begitu sabar mengamati
sekelompok Bison selama berhari-hari, untuk sungguh-sungguh menemukan Bison
mana yang tepat untuk dijadikan target sasaran. Sebagai konsekuensi tambahan
dari hal di atas, serigalapun harus sabar membututi hewan buruan dari suatu
tempat ke tempat lain.
Pada saat
eksekusipun, kesabaran Serigala terlihat sabar. Mereka akan berkejar-kejaran
secara Marathon dengan hewan buruannya bisa hingga 180km!
Bagaimana
dengan terkaman-terkaman mematikan? Sayangnya itupun tidak dimiliki Serigala.
Jadi mereka hanya akan menggiti berulang-ulang korbannya dan membuat korban
lemas kehabisan darah.
Dan yang
paling unik adalah setelah mereka berhasil mendapatkan buruan, maka Serigala
akan sabar mengantri sesuai umur untuk giliran makan. Selapar apapun mereka.
Kemudian yang
mengharukan dari drama perburuan itu adalah, betapa sekelompok serigala pemburu
akan sabar menenteng pulang daging segar hasil buruan itu dan memberikan kepada
para Serigala betina dan anak-anak mereka, betapapun jauhnya jarak yang
ditempuh, tanpa meng-korupsi sedikitpun daging itu diperjalanan.
Renungkan
fakta-fakta ‘sabar’ di atas. Lalu bandingkan dengan kita, manusia.
Apakah kita
cukup sabar menghadapi semua tantangan, pencobaan, kesusahan hidup, apalagi
mengetahui ada BAPA di atas sana yang pasti selalu terlibat untuk mendatangkan
kebaikan dalam hidup anak-anak-Nya.
Seringkali
kekalahan, kegagalan terjadi bukan karena kita kurang cerdas, kurang modal,
kurang kuat..dan sebagainya, namun hanya karena kurang sabar.
Kita bisa
berdalih bahwa teknologi, persaingan, kemacetan lalu lintas yang membuat kita
kehilangan kesabaran kita. Mereka memaksa kita bereaksi secepat-cepatnya.
Merekalah yang membentuk kita seperti sekarang ini. Namun jika direnungkan
lebih dalam, bukankah kita seharusnya menempatkan diri sebagai ‘subyek’ dan
bukan ‘obyek’ (korban) keadaan? Sebagai ‘pemimpin’ dan bukan sekedar ‘ciptaan
biasa’? Menjadi ‘Rahmat’ dan bukan ‘bulan-bulanan’ bagi semesta? Sepertinya
kita harus mengambil alih posisi kita sebagai manager-nya Allah. Dan sabar,
adalah syarat sekaligus kekuatan dalam menggenapinya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar